SAMPUL DEPAN BUKU TAKTIK SELEMPANG MERAH DALAM AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1949 DI KUALA TUNGKAL
SEKELUMIT KISAH
SEJARAH PERANG KEMERDEKAAN RI 1945-1949
DI TANJUNG JABUNG
HARI ULANG TAHUN
VETERAN PERANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (VKPRI)
KE 37 SE-PROVINSI JAMBI
TANGGAL 7 FEBRUARI 1994
DI KUALA TUNGKAL
KAMI
PERSEMBAHKAN KEPADA REKAN-REKAN SEPERJUANGAN YANG TELAH GUGUR SEBAGAI
KESUMA BANGSA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA SERTA PENGHARGAAN YANG TULUS IKHLAS KEPADA SELURUH LAPISAN
RAKYAT YANG TELAH MENGORBANKAN SEGALA-GALANYA, DEMI UNTUK KEMERDEKAAN
BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TERCINTA INI.
ATRAKSI
KILAS BALIK PENYERBUAN GABUNGAN TNI DAN BARISAN SELEMPANG MERAH KE
PERTAHANAN TENTARA BELANDA DI KOTA KUALA TUNGKAL KABUPATEN TANJUNG
JABUNG
PENDAHULUAN
A. Maksud
dan tujuan dari Atraksi Kilas Balik penyerbuan TNI dan Barisan
Selempang Merah ke pertahanan Tentara Belanda di kota Kuala Tungkal
1. Kemerdekaan
Negara Republik Indonesia tercinta ini, bukanlah kita terima merupakan
sebuah warisan dimana telah terhampar permadani yang tebal dan indah
serta mahligai-mahligai yang besar dan megah… tidak… sekali lagi tidak…
kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini kita peroleh
dari tangisan anak-anak kecil yang berada dalam gendongan ibunya,
karena mengikuti suaminya yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan
ini, naik gunung turun gunung, menyeberangi sungai-sungai yang kadang
kala mereka tidak akan tahu dimana mereka akan bermalam dan dapat
menghilangkan lapar dan dahaga yang dideritanya, dilain keadaan kita
akan melihat anak yang berlari-lari mencari ayahnya yang ikut bertempur,
apakah ayahnya kembali atau gugur di medan laga. Jelaslah bahwa
kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita peroleh sekarang ini,
adalah hasil dari tangisan dan tetesan air mata dan dibasahi oleh darah
para syuhada dan jiwa raga dari pahlawan bangsa.
2. Atraksi
Kilas Balik dari pertempuran dengan tentara Belanda di Koata Kuala
Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung ini adalah merupaka penyegaran ingatan
kita kembali pada masa 45 tahun yang lampau, yaitu di saat-saat kita
merebut dan mempertahankan kemerdekaan tercinta ini dan dari perjuangan
inilah lahirnya para syuhada, para pahlawan bangsa yang bersemayam di
Taman Makam Pahlawan di seluruh tanah air dan yang masih dipanjangkan
umurnya mereka masih mendapatkan prediket sebagai Veteran Perang
Kemerdekaan Republik Indonesia.
3. Selain
dari itu, Atraksi Kilas Balik ini merupakan pengungkapan kembali dari
salah satu cukilan kisah sejarah dari perang Kemerdekaan Negara
Republik Indonesia, yang benar-benar terjadi di kota Kuala Tungkal
Kabupaten Tanjung Jabung pada umumnya dan Front Tungkal Area kecamatan
Tungkal Ilir pada khususnya, dimana telah terjalin satu antara Tentara
Nasional Indonesia dan barisan rakyat yang bernama Barisan Selempang
Merah yang merupaka kekuatan “Tunggal” dalam setiap pertempuran melawan
tentara Belanda dan sekaligus tercerminnya semangat patriotisme dan
heroisme.
4. Atraksi Kilas Balik ini adalah merupakan pula salah satu sarana untuk melestarikan moral force dari jiwa, semangat dan nilai-nilai ’45 kepada generasi penerus yang merupakan pewaris-pewaris yang syah dari pahlawan-pahlawan bangsa Indonesia.
B. Ruang Lingkup Atraksi
1. Atraksi
Kilas Balik yang dilaksnakan ini, diambil dan diangkat dari sdalah
satu penyerbuan dan pertempuran 20 kali pertempuran yang terjadi di
Kota Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung, khususnya di Front Tungkal
Area Kecamatan Tungkal Ilir yang merupakan pertempuran paling
terkoordinasi dengan baik, baik yang menyangkut mengenai sasaran
penyerbuan maupun taktik serangan dai gabungan Tentara Nasionala
Indonesia dengan barisan rakyat Barisan Selempang Merah kepertahanan
Tentara Belanda di Kota Kuala Tungkal.
2. Pasukan
Tentara Belanda di Kota Kuala Tungkal kecamatan Tungkal Ilir ini, hanya
menguasai sekitar sekitar 1,5 Km di dalam kota Kuala Tungkal. Kekuatan
Tentara Belanda satu kompi, dibantu oleh sebuah kapal patroli dan Landing Graf Angkatan Laut Belanda yang setiap saat tetap berada di perairan sungai Pengabuan yang lengkap dengan alat persenjataannya.
3. Pertahanan
tentara Belanda terletak pada 5 tempat yang strategis yang
masing-masing tersusun gundukan-gundukan karung pasir dan tempat-tempat
yang strategis itu adalah:
a. Di Tangga Raja Ulu, terletak senapan mesin yang sasaran penembakannya arah jalan Palembang dan parit Satu.
b. Di Rumah Kapolres, senapan mesin dengan sasaran penembakan kea rah jalan kekuburan dan ke jalan Andalas, dan Arah jalan Siswa.
c. Ditempat
PO. Ratu Intan sekarang, waktu dahulu tempat ini Kantor Pos. Disini
ditempatkan juga senapan mesin yang arah tembakan ke jalan Andalas dan
jalan Siswa serta jalan Nelayan.
d. Di
depan Pabrik Kam Cong Kui sekarang jalan Nelayan, arah tembakan
senapan mesinnya ke jalan Nelayan ke seberang sungai atau Parit II.
e. Di
seberang Parit II di rumah Rivai ST Pamuncak jalan Pelabuhan, sasarn
penembakan senapan mesinnya kea rah ilir Bea-cukai dan jalan Tungkan II
dan III.
4. Demikianlah
kekuatan dan posisi pertahanan tentara Belanda dan daerah yang
dipagari oleh kawat berduri inilah praktis yang hanya dikuasai Belanda.
C. Persiapan Gabungan TNI dan Barisan Selempang Merah Untuk Melakukan Penyerbuan
1. Penyerbuan
ini terjadi pada tanggal 23 Februari 1949 tengah malam dan pada
tanggal 22 Desember 1949, rakyat yang akan ikut bertempur atau Barisan
Selempang Merah telah berkumpul di Pembengis dan di desa Pembengis ini
telah dipersiapkan dapur umum. Rakyat yang menjadi Barisan Selempang
Merah ini dating dari setiap Kepenghuluan (desa-desa sekarang) dan
masing-masing telah membawa kain merah ukuran 4 Cm lebar dan panjang 1
Meter stengah dengan senjata-senjata tradisional menurut suku-suku yang
bersangkutan, seperti keris, tombak, kampilan, sundang, parang bungkul
dan lain-lain. Selanjutnya rakyat akan ikut melakukan penyerbuan,
nama-nama mereka dicatat, dimana alamatnya, dari desa mana, umur dan
dicatat pula keluarga-keluarga mereka. Kain Selempang Merah ini harus
dipakai pada saat penyerbuan oleh pasukan termasuk pasukan TNI, karena
selain sebagai tanda pengenal dari anggota-anggota pasukan yang
menyerbu, juga merupakan tumpuan keyakinan menurut amalan Selempang
Merah disetiap pertempuran. Setelah semuanya telah dipersiapkan, maka
pasukan gabungan ini mulai bergerak meninggalkan desa Pembengis menuju
ke Parit Gompong, karena Parit Gompong inilah tempat persiapan terakhir,
sebab jarak tempuh ke kota Kuala Tungkal hanya sekitar satu jam. Di
Parit Gompong ini diatur mengenai pembagian kelompok-kelompok,
penjelasan tentang sasaran yang dituju, taktik pertempuran, menentukan
petugas-petugas khusus dan strategi penyerbuan ke pertahanan Belanda.
D. Pembentukan Kelompok-kelompok, Pimpinan kelompok dan Sasaran Penyerbuan Kelompok-kelompok
1. Setelah
sampai di Parit Gompong, jumalah yang akan ikut menyerbu dari rakyat
berjumlah 370 orang dan dari Tentara Nasional Indonesia sebanyak 30
orang sehingga semuanya berjumlah 400 orang. Persiapan pertama, adalah
pemerikasaan senjata-senjata tradisional, seperti keris, badik, parang
bungkul, sundang, kampilan dan lain-lainnya oleh seorang pawing senjata
yang bernama Sahibar, dimana ditentukan senjata mana yang boleh dibawa
menyerbu dan tidak boleh dibawa. Seterusnya seluruh yang akan ikut
menyerbu tidak kerkecuali TNI diuji dengan memakan lada (sahang), dimana
jika yang memakan sahang atau lada ini merasa tidak pedas, maka mereka
tidak boleh menyerbu. Terakhir setelah semua mendapat
ketentuan-ketentuan di atas, maka dari jumlah 370 orang rakyat yang akan
iktu bertempur terebut yang diperbolehkan pergi hanya tinggal 270
orang orang ditambah dengan TNI 30 orang, maka yang akan melakukan
penyerbuan ke kota Kuala Tungkal hanya 300 orang. Untuk menimbulkan
semangat dan keberanian dalam pertempuran ini, diberikan minuman air
putih yang sudah dijampi oleh panglima Selempang Merah H. Saman.
2. Setelah
selesai penelitian-penelitian tersebut, barulah disusun
kelompok-kelompok kecil dari jumlah 300 orang ini menjadi 3 kelompok,
yang semuanya itu terhimpun di dalam 3 kelompok besar yang masing-masing
3 kelompok besar ini ditentukan arahnya. Tentara Nasional Indonesia
berada di sekitar kelompok 10 orang yang langsung amenjadi pimpinan
penyerbuan dan sebagai Wakil diambil dari barisan rakyat Selempang
Merah.
3. Setelah
itu diadakan perundingan-perundingan antara Panglima H. Saman selaku
Panglima Pasukan Selempang Merah beserta staf pimpinannya dengan
pimpinan pertempuran Front Tungkal Area dari Tentara Nasional Indonesia
yang diwakili oleh Wakil Komandan Pertempuran Sersan Mayor Cadet. AD.
Madhan. AR beserta Komandan-komandan Sektor yaitu: Sersan Mayor Cadet
Angkatan Laut Anwarsyah, sebagai Komandan Sektor II Sersan Mayor CPM
Buimin Hasan, sebagai Komandan Sektor III dan Komandan Pol. Zulkarnain
Idris sebagai Komandan Sektor IV. Dari hasil perebukan atau perundingan
telah dapat dibentuk pimpinan-pimpinan dari ke III kelompok besar
tersebut dan sekaligus pula menentukan sasaran penyerbuan taktik
penyerangan dan cara mundur kembali Kepangkalan Parit Gompong.
4. Dari
hasil perundingan ini telah dapat disusun pimpinan dai ketiga kelompok
besar tersebut dan pembagian sasaran penyerbuan serta taktik
penyerangan antara lain sebagai berikut:
a. Kelompok
I dipimpin oleh Panglima H. Saman dan sebagai Wakil ditetapkan Serma
Cadet Madhan. AR dengan sasaran penyerangan kepertahanan Tentara Belanda
di kantor Pos (PO. Ratu Intan sekarang) dan pertahanan Tentara
belanda di rumah kapolres sekarang. Gerakan penyerangan ini dilakukan
setelah kelompok II dan III menyerang dan membakar rumah yang ada di
jalan Pelabuhan Bea-cukai di jalan Palembang di Parit I Ulu. Jalan yang
ditempuh oleh kelompok I adalah jalan Siswa sekarang, setelah bergerak
dari Simpang parit Gompong.
b. Tugas
TNI yang dipimpin oleh Serma Cadet Madhan. AR dalam kelompok I ini
adalah setelah terlihat kebakaran-kebakaran di Ilir jalan Pelabuhan
demikian pula kebakaran di Parit I dan telah terjadi tembak menembak,
maka pasukan TNI di kelompok I melakukan serangan ke Pos Pertahanan
Tentara belanda di rumah Kapolres dan Kantor Pos dengan
tembakan-tembakan senapan mesin Kijanju Jepang serta tembakan
senjata-senjata lainnya dan melemparkan geranat tangan bikinan Jepang
ketempat senapan mesin di Kantor pos. Sementara itu pasukan-pasuskan
selempang Merah yang dipimpin oleh panglima H. Saman mulai bergerak
memasuki kota dengan teriakan “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” dan menyerbu kepertahanan tentara belanda.
5. Kelompok
ke II dipimpin oleh Komandan Sektor III Sersan CPM Buimin Hasan dan
Komandan Sektor IV Komandan Pol. Zulkarnain Idris, dengan Wakil dari
Barisan Selempang Merah H. Sayamsuddin dan M. Sanusi yang mempunyai
tugas bergerak menuju jalan Pelabuhan, dnegan melalui jalan Nelayan,
membelok melalui jembatan melalui jalan belakang mesji Agung menuju
sasaran rumah-rumah yang akan dibakar. Sementara TNI yasng dipimpin
Serma CPM bertahan di belakang Mesjid Agung, guna melindungi Pasukan
Selempang Merah yang bertugas membakar rumah-rumah di jalan Pelabuhan
telah dibakar. Pasukan Komandan Zulkarnain Idris bertahan di Simpang
Jalan Panglima dan jika rumah-rumah di jalan Pelabuhan telah dibakar,
maka pasukan ini menghantan pertahan Tentara Belanda di Simpang Empat di
rumah Rivai. ST Pamuncak. Kebakaran rumah-rumah di jalan Pelabuhan
merupakan komando penyerangan dan pembakaran rumah-rumah oleh Kelompok
III yang dilakukan penyerangan dari Parit I.
6. Kelompok
III dipimpin oleh Serma Cadet AL. Arwansyah dibantu oleh Sersan Syamsik
dari AL dan Kopral Sakiban AL dan Barisan Selempang Merah dipimpin
oleh Camat Masdar. Tugas Kelompok III ini, yang paling utama adalah
membakar rumah-rumah di daerah di jalan palembang dan jalan dekat
kuburan serta menghancurkan bak-bak air yang ada disetiap rumah
tersebut. Sementara TNI melindungi mereka dar tembakan tersebut.
Gerakan dilaksanakan jika di jalan Pelabuhan telah terlihat kebakaran
dan telah terjadi tembak menembak dengan Tentara Belanda. Dengan
demikian, Tentara Belanda merasa terkepung dengan seranagan dari Ilir
dan ulu.
E. Jalannya Pertempuran
1. Sesampainya
di Simpang Parit Gompong, masing-masing kelompok terpencar menjadi 3
jurusan dengan tekad yang bulat serta memegang teguh segala keputusan
rencana penyerbuan mereka.
Di tengah malam yang gelap pekat sekitar jam 2 bergeraklah semua kelompok menuju sasaran mereka masing-masing:
a. Kelompok
I menuju jalan Siswa sekarang menuju ke pertahanan Belanda yang berada
di kantor Pos sekarang PO. Ratu Intan dan rumah Kapolres yang sekarang.
b. Kelompok
II bergerak menuju jalan Nelayan sekarang di pinggir sungat Parit II,
selanjutnya memasuki jembatan terus ke jalan belakang mesjid Agung, dan
ke rumah-rumah jalan Pelabuhan.
c. Kelompok
III bergerak maju menuju jalan Sriwijaya, langusng ke jalan kuburan
terus membagi dua arah yaitu ke jalan palembang dan serta ke arah umah
kapolres.
2. Pada
jam 3.15 menit tengah malam, kelompok II yang memegang kunci
penyerbuan, telah berhasil membakar rumah-rumah di jalan Pelabuhan, yang
merupakan tanda untuk kelompok III memulai gerakannya membakar
rumah-rumah di jalan kuburan dan jalan Palembang jam 4 pajar api telah
merah mewarnai langit baik dari Ilir jalan Pelaguhan maupun dari Ulu
Parit I tembak menembak telah terjadi, peluru-peluru seperti
kunang-kunang di tengah malam, berterbangan menuju sasarannya, suara
teriakan Barisan Selempang Merah menyebut “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” ,
berkumandang dan bergema di pajar sidikini. Mereka maju
tanpa gemetar menuju kepertahanan Tentara Belanda dengan senjata
tradisionalnya parang bungkul, tombak, pedang, keris, badik dan
lain-lain. “Esa hilang dua terbilang, pantang dubalang belaku surut, fisabilillah tekad mereka, mati syahid tujuannya”.
3. Di
antara kepanikan tentara belanda mendapat serangan dari Ilir dan dari
Ulu, diiringi pula dengan teriakan yang gemuruh dari Barisan Selempang
Merah maka di saat itu juga secara mendadak kelompok I mengadakan
tembakan-tembakan kepertahanan Tentara Belanda di Kantor Pos (PO. Ratu
Intan) sekarang dan di rumah Kapolres (jalan Nusa Indah) sekarang,
diiringi dnegan melemparkan geranat tangan buatan Jepang, sejalan
dengan itu Pasukan Selempang Merah yang dipimpin oleh Panglima H. Saman
dengan teriakan “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” dengan menembakkan pistol
di tangan kiri dan perang bungkul di tangan kanan menyerbu kepertahanan
Tentara Belanda yang diikuti oleh seluruh pasukan Selempang Merah.
Dari segala penjuru baik dari sebelah Ilir, maupun dari sebelah Ulu dan
Tengah gemuruhlah suara yang menyebut kebesaran “YA –ZALJALALI –WAL –
IKRAM” diselingi dengan tembakan-tembakan senjata api,
pasukana Tentara Belanda di Kantor Pos dan dari pertahanan rumah
Kapolres, mulai meninggalkan pertahanan mereka mundur kea rah tepi laut
dekat pelabuhan Ferry sekarang, sambil melepaskan tembakan secara
membabi buta, namun Barisan Selempang Merah terus mengejar biarpun di
antara mereka ada ayng kena tembakan tentara Belanda. Pasukan TNI,
dengan cara kemiliteran ikut maju menembak sasaran yang bergerak
terutama Tentara Belanda yang mundur, karena mengingat peluru yang
dimiliki sangat terbatas, dan juga anggota pasukan ini teleh
mempergunakan senjata tradisional, seperti keris yang telah dicabut atau
pedang dibabkan peluru senjata mereka telah habis.
4. Matahari pagi telah memancarkan cahayanya dar upuk timur berbarengan dengan itu letupan-letupan martir dan tembakan merian kancu dari
kapal patroli Angkatan Laut Belanda yang berada di sungai Pengabuan
telah menimbulkan ledakan-ledakan di tengah kota Kuala Tungkal baik
dari Ilir, di Ulu dan di belakang jalan Siswa, yang seolah-olah ingin
menghalangi jalan mundurnya pasukan penyerbuan ini. Tembakan-tembakan
mortar dan meriam kancu dari kapal ini tidak henti-hentinya lebih kurang 3 jam.
5. Langit
kelihatan mendung, awan seolah-olah menutupi langit yang luas ini dan
bi balik awan terlihat sekilas cahaya matahari yang tingginya sekitar 5
hasta tingginya dari upuk timur. Namun ldakan-ledakan mortir masih
terlihat di sekitar arena pertempuran dari arah parit I masih terdengar
tembakan-tembakan karabon satu-satu yang dilakukan oleh Kopral
AL Sakiban sasaran apa yang ditembakkan tidak jelas. Sersan Mayor Cadet
Madhan. AR memberi tanda kepada panglima H.Saman yang pada saat itu
berada di balik tebing jalan beserta beberapa anak buah yang khusus
mendampinginya, di samping sebelah kanan di simpang 4 BNI sekarang,
sedangkan Sersan Cadet Madhan. AR berada di BRI sekarang ini yang mana
tanda tersebut agar secara teratur mundur kembali ke pangkalan. Serma
Cadet Madhan. AR beserta prajurit I usman dan Asnawi serta Ilyas, tidak
kelihatan yang ternyata akhirnya diketahui prajurit I ini (Ilyas) tewas
di waktu melemparkan geranat di Pos Pertahan Tentara Belanda di rumah
Kapolres sekarang. Panglima H. Saman beserta beberapa orang anak
buahnya melihat Serma Cadet Madhan. AR beserta dua orang anak buahnya
mulai bergerak mundur ke arah Pos Pertahan Tentara Belanda yang telah
ditinggalkannya, maka panglima H. Saman-pun bergerak mundur dengan
tenang berdiri berjalan kaki biarpun ledakan-ledakan mortar masih ada.
Serma Cadet Madhan. AR setelah sampai digundikan pertahanan Belanda di
Kantor Pos, terlihat satu buah senjata Belanda otomatis Owen-gun satu buah dan senjata tersebut merupakan hasil dari pertempuran itu.
6. Di
waktu mundur kembali ke pangkalan ini, terlihat kain yang dijadikan
tandu memikul anggota-anggota Barisan Selempang Merah yang luka-luka
baik dari arah jalan Sriwijaya dan jalan Siswa, dan teman-teman lain
yang gugur tidak dapat dibawa mundur.
F. Penutup
1. Demikianlah…
sekelumit kisah Sejarah Perjuangan Masa Perang Kemerdekaan Negara
Republik Indonesia di Kabupaten Tanjung Jabung pada umumnya, kecamata
Tungkal Ilir khususnya yang benar-benar terjadi yang Kami sajikan dalam
Atraksi Kilas Balik. Tentang penyerbuan ke pertahanan Tentara Belanda
di kota Kuala Tungkal, secara gabungan antara Tentara nasional
Indonesia dan barisan rakyat Barisan Selempang Merah ke pertahanan
Tentara Belanda di kota Kuala Tungkal, yang merupakan kekuatan
“tunggal” yang ampuh dan dahsyat, yang akhirnya dapat memukul mundur
pasukan Tentara Belanda yang mempunyai persenjataan lengkap dan modern
dan sebagai salah satu pasukan sekutu yang ikut memenangkan Perang
Dunia ke II yang lalu.
2. Penyerbuan
pada hari kamis malam jum’at tanggal 23 Februari 1949 selain kita
dapat memukul mundur pasukan tentara Belanda, memperoleh 2 buah senapan
LE dan 1 Owen-gun, maka di pihak TNI dan barisan rakyat
Selempang Merah, banyak yang gugur sebagai kusuma bangsa dan sebagai
syuhada, yang berjumlah sebanyak 68 orang yang nama-namanya adalah:
No
|
Nama
|
Prajurit
|
No
|
Nama
|
Prajurit
|
1
|
Ilyas
|
I TNI
|
2
|
M. Aini
|
Polri
|
3
|
Kardi
|
BSM
|
4
|
Karti
|
BSM
|
5
|
Tarli
|
BSM
|
6
|
Anang
|
BSM
|
7
|
M. Yunan
|
BSM
|
8
|
Karim
|
BSM
|
9
|
Masran
|
BSM
|
10
|
Giman
|
BSM
|
11
|
H. Nasri
|
BSM
|
12
|
Abd. Aman
|
BSM
|
13
|
Gemuk
|
BSM
|
14
|
M. Bakri
|
BSM
|
15
|
Tjitjit
|
BSM
|
16
|
BSM
| |
17
|
Dirin
|
BSM
|
18
|
Liwan
|
BSM
|
19
|
H. Kadir
|
BSM
|
20
|
Syarkawi
|
BSM
|
21
|
Iman
|
BSM
|
22
|
Sulaiman
|
BSM
|
23
|
Djailani
|
BSM
|
24
|
Andullah
|
BSM
|
25
|
H. Selamat
|
BSM
|
26
|
Mukri
|
BSM
|
27
|
A. Rahman
|
BSM
|
28
|
H. Amir
|
BSM
|
29
|
Djailani
|
BSM
|
30
|
Hayak
|
BSM
|
31
|
A. Manaf
|
BSM
|
32
|
Asnawi
|
BSM
|
33
|
Aruf
|
BSM
|
34
|
Marsaid
|
BSM
|
35
|
A. Samad
|
BSM
|
36
|
Gumberi
|
BSM
|
37
|
Isut
|
BSM
|
38
|
Usuh
|
BSM
|
39
|
A. Rahman
|
BSM
|
40
|
Hojod
|
BSM
|
41
|
Hasan
|
BSM
|
42
|
Basuni
|
BSM
|
43
|
M. Saleh
|
BSM
|
44
|
H. Djahari
|
BSM
|
45
|
Mohd. Saleh
|
BSM
|
46
|
Dadar
|
BSM
|
57
|
Bakri
|
BSM
|
48
|
Tario
|
BSM
|
59
|
H. A. Hamid
|
BSM
|
50
|
Rubirin
|
BSM
|
51
|
Darmawi
|
BSM
|
52
|
Rapai
|
BSM
|
53
|
Imas
|
BSM
|
54
|
Atjil
|
BSM
|
55
|
Asit
|
BSM
|
56
|
Masli
|
BSM
|
57
|
Mail
|
BSM
|
58
|
Achmad
|
BSM
|
59
|
Utir
|
BSM
|
60
|
Junan
|
BSM
|
61
|
A. Hamid
|
BSM
|
62
|
Sanudin
|
BSM
|
63
|
Saman
|
BSM
|
64
|
Abu
|
BSM
|
65
|
Syamsuddin
|
BSM
|
66
|
Unan
|
BSM
|
67
|
Zailani
|
BSM
|
68
|
Tarli. B
|
BSM
|
Nama-nama
yang gugur dalam pertempuran ini, telah pula disampaikan ke Museun
Perjuangan Daerah Jambi, guna diabadikan sebagai Pejuang Perang
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
----- Mereka Telah tiada……….
----- Darahnya telah melukis persada ibu
----- Pertiwi tanah tercinta ini…..
Akhirul
kalam, dalam suasana memperingati hari Ulang Tahun Veteran Perang
Kemerdekaan Republik Indonesia ke 37 se-Provinsi jambi di Kuala Tungkal
ini, perkenankanlah Kami menyampaikan sebuah:
PESAN
----- Sekarang telah berkumandang lagu kebangsaan
----- Indonesia di seluruh pelosok dunia ini
----- Sang merah putih berkibar menjulanh tinggi di udara
----- Bebas merdeka di ujung tiang yang kokoh
----- Indonesia telah merdeka sepenuhnya
----- Telah banyak jatuh korban….. pahlawan bangsa…..
----- Darah mengalir membasahi persada tanah air… demi kejayaanmu
----- Indonesia tercinta
----- Kami menundukkan kepala
----- Mengingatkan dan mendoakanmu
----- Di tengah-tengah kelilingan obor-obor yang suram
----- Kami lihat pusara-pusaramu
----- Tak terdengar bisikanmu… semua hening membisu
----- Seperti membisunya “batu nisanmu” yang tertancap
----- Di atas makammu……….
----- Dalam diam danmembisunya makammu….. sepercik rasa yang menyelinap di jiwa dan di kalbu Kami……….
----- Rasa yang merupakan “pesan”
----- Dari teman-teman kami yang telah tiada….. melalui..
----- Pusaramu yang terhampar membisu… kau berpesan……….
----- Jaga dan pertahankan terus obor kemerdekaan yang…..
----- Telah Kami rebut ini…
----- Kepadamu generasi penerus….. Kami serahkan sang merah putih
----- Serta obor kemerdekaan yang Kami cintai ini.
----- Merah tanda darah Kami
----- Putih tanda tulang-tulang Kami
----- Waktu terus mengejar… usia kami Veteran Perang kemerdsekaan
----- Republik Indonesia semakin lanjut
----- Kami sudah ta’ dapat berbuat banyak lagi
----- Namun… kami melihat bangga….. nun……… di
----- Sana di luar pagar….. sambil berdoa semoga bangsa dan Negara
----- Indonesia yang tercinta ini tetap kekal dan abadi sepanjang masa…
“AMIN YA RABBAL ‘AALAMIN”
PANITIA HUT VETERAN REPUBLIK INDONESIA
YANG KE 37 SE-PROVINSI JAMBI
DI KUALA TUNGKAL
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !