Pembangunan Masjid Agung
Selanjutnya, karena banyaknya penduduk memeluk agama Islam
dan mereka ingin memperdalam ajaran agama, kemudian mereka belajar kepada guru
atau dari yang menyebarkan agama tersebut. Disebabkan mendapat ajaran dari nabi
Muhammad tentang cara mengajarkan agama itu, maka banyak masyarakat di
sekelilingnya belajar kepadanya. Biasanya seorang guru yang mengajarkan agama dan
banyak mendapat pengikut, maka mereka bersama-sama mendirikan masjid.
Kemudian pada periode ini pada zaman kependudukan Jepang,
mulailah perencanaan pembangunan Masjid Raya (Masjid Agung) yang
berdampingan dengan MHI yang sebagai
pengurusnya adalah H. M. Daud Arif dan H. Kasim Saleh sebagai tradisi yang dipegang Kiyai dalam
mengembangkan pesantren. Adapun lokasi tempat Masjid Raya ini adalah
panggung tempat berkumpul masyarakat untuk pertunjukan seni Wayang Urang Banjar.[1] Karena alasan
kedekatan dengan pusat keramaian dan letak yang strategis, masjid yang
ada tidak mampu lagi menampung jamaah karena masyarakat/umat Islam Kuala Tungkal semakin banyak jumlahnya, serta mulai mengetahui dan menyadari betapa pentingnya
keberadaan masjid di
tengah-tengah masyarakat. Pembangunan Masjid Raya ini
berdasarkan keputusan Demang Bahsan dan musyawarah pengurus Masjid Jami’ (Masjid Lama) dan Masjid
Melayu,[2] dengan
kesepakatan bahwa jamaah Masjid Raya ini harus
disatukan guna untuk mempersatukan antara suku bangsa yang ada di kota Kuala Tungkal
dengan persyaratan bahwa sholat Jum’at di Masjid Lama dan Masjid
Melayu harus ditiadakan. Maka atas sepakat dan musyawarah ini masyarakat
sekitar menyetujuinya. Maka H. Bahruddin yang menjabat sebagai Penghulu memberi
tanah wakaf untuk didirikan masjid pada tahun 1945 yang disebut dengan Masjid
Raya, tanah tersebut ia wakafkan memang semata-mata untuk diberikan atau
dibangun menjadi rumah ibadah untuk masyarakat ataupun untuk orang-orang yang
beragama Islam.[3]
Ketika akan dilaksanakan pembangunan Masjid Raya tersebut,
masyarakat setempat bermusyawarah untuk dapat terlaksana dengan mudah dalam
membangun serta hal yang lain dianggap perlu, kemudian masyarakat setempat
membentuk Panitia Pengurus Pembangunan Masjid. Adapun panitia tersebut adalah:
1. H.
M. Daud Arif
sebagai Ketua
2. H.
Kasim
Saleh
sebagai Wakil
Ketua
3. H.
Asmuni
sebagai Sekretaris
Adapun dana pembangunan masjid tersebut diperoleh dari Demang dan
masyarakat. Setelah terkumpulnya dana, pembangunan segera dilaksanakan. Membanguan masjid
tersebut memakan waktu yang cukup lama, yaitu lebih kurang setahun.[5] Hal ini dikarenakan dana yang
diperoleh yakni dengan cara berangsur-angsur. Dengan konsep bangunannya pada
bagian kubah terbuat dari seng dan dinding kayu
bulian, lantai dari kayu kapur, sedangkan tiang dari kayu bulian Banjarmasin
Kalimantan Selatan.[6]
Dalam dakwahnya, H. M. Daud
Arif selalu
mendapatkan kemudahan, dikarenakan
masyarakat begitu percaya terhadapnya. Adapun pengumpulan dana untuk pembangunan
masjid dilakukan
dengan cara memanggil para hartawan (orang kaya) dan dermawan
agar dapat menyumbangkan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid. Merekapun tidak
sungkan-sungkan untuk mendaftarkan (mencalonkan diri) namanya yang
kemudian mewakafkannya.
Setelah berdirinya Masjid Raya ini, maka
masyarakat sekitarnya menggunakan masjid tersebut dengan baik, yaitu dengan
dengan mengadakan sholat berjamaah, pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah
agama. Ternyata hal ini berjalan terus dengan lancar, lama kelamaan bertambah
banyak, maka masjid inipun kelihatannya bertambah maju.[7]
Akan tetapi, setelah pembangunan Masjid Raya selesai,
masyarakat di sekitar Masjid Melayu, tidak menyetujui ditiadakannya sholat Jum’at di Masjid Melayu. Sehingga mereka tetap menggunakan Masjid
Melayu sebagai tempat sholat Jum’at. Walaupun
begitu, perseteruan masalah tempat sholat Jum’at ini tidak menimbulkan permusuhan antar suku bangsa yang
ada di Kuala Tungkal. Berbeda dengan masyarakat yang berada di sekitar Masjid
Lama yang
menyetujui
untuk meniadakan sholat Jum’at di masjid tersebut yang berlaku hingga saat ini. Akan tetapi
berbeda dengan masyarakat di sekitar Masjid Melayu yang kemudian tidak berapa
lama membatalkan sepihak dan mengadakan kembali Jum’atan (sholat Jum’at).[8]
Karena betapa pentingnya keberadaan masjid dalam hal
mengembangkan madrasah, maka masjidpun menjadi skala prioritas karena dianggap
sebagai simbol yang tak pernah terpisahakan dari madrasah. Masjid tidak hanya
menjadi tempat praktek ritual ibadah semata-mata, tetapi juga pengajaran
kitab-kitab klasik dan aktivitas lainnya. Masjid itu sampai sekarang masih
tetap berdiri kokoh dengan beberapa kali mengalami renovasi total
(pembangunan masjid baru) sebagai saksi hidup yang tidak dapat berbicara dan menjadi masjid
kebanggaan kota Kuala Tungkal.
Masjid Raya adalah pemersatu umat Islam di Kuala Tungkal, karena di masa
penjajahan di Kuala Tungkal ada dua masjid yang saling bertentangan akibat adu
domba Belanda, kemudian dibangunlah masjid ini sebagai masjid pemersatu. Di samping itu masjid ini juga
sebagai masjid perjuangan, di masjid ini para pejuang kemerdekaan berhimpun.[9] Hingga dalam perjalanannya masjid
yang sempat berulang kali nyaris musnah oleh hantaman serangan senjata meriam
yang ditembakkan Belanda, maupun nyaris hangus terbakar dikepung oleh kobaran
api.
Pembangunan masjid ini selain bertujuan untuk hal di atas yang paling penting juga adalah untuk melengkapi sarana
prasarana MHI itu sendiri yang mana
pembangunan masjid ini adalah atas inisiatif H. M. Daud Arif dan dibantu pemuka
masyarakat agar dibangunnya sebuah masjid di lingkungan madrasah ini. Karena
masjid yang ada sudah tidak mencukupi lagi menampung masyarakat untuk menampung
jama’ah disebabkan masyarakat pendatang semakin lama semakin bertambah. MHI itu
sendiri berlokasi di tengah-tengah kota Kuala Tungkal yang penduduknya cukup banyak yang tentunya
adalah dari murid-murid MHI itu sendiri.
Setelah berdirinya Masjid Raya, maka digunakanlah untuk mengadakan majlis
ta’lim yang dilakukan setelah isya’ yang dihadiri oleh masyarakat umum untuk
orang-orang tua laki dan perempuan dan juga pelajar
MHI. Lebih dari itu, maka Kuala Tungkal menjadi semakin semarak dan meriah yang
belum pernah terjadi/ada sebelumnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat
itu, sebelum berdirinya m,asjid Agung, yaitu tempat kegiatan-kegiatan
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti maulid nabi, isra’ mi’raj dan
lain-lain. Dalam kegiatan maulid nabi misalnya, diadakanlah pembacaan-pembacaan
Mawlid diba ‘ yang dibacakan oleh H. M. Daud Arif dan murid-murid MHI dan pada saat kegiatan isra’ mi’raj diadakanlah pengajian
dengan menggunakan kitab “Dardir” yang
dibacakan tentang sejarah perjalanan nabi Muhammad tatkala isra’ mi’raj.
Pembangunan (Jami’) ini diperakarsai oleh H. M. Daud Arif
dan H.
M.
Kasim Saleh yang tujuannya selain untuk beribadah yang juga berfungsi untuk murid MHI melaksanakan kegitannya
sebagai bagian dari sekolah berbasiskan Islam yang mana masjid
ini juga digunakan untuk musyawarah.
Setelah berdirinya
Masjid Raya, maka masyarakat dari kalangan suku Melayu yang semula
berseberangan terhadap suku Banjar, mulai berangsur-angsur sedikit demi sedikit
“melemah”, sehingga
banyak dari kalangan mereka yang memasukkan anak-anaknya untuk bersekolah di
MHI dan banyaklah dari kalangan mereka yang masuk Islam (muallaf). Semenjak itulah, hubungan antara 2 etnis
perantauan ini semakin membaik walaupun masih ada perselisihan yang belum
terselesaikan.
Dimulainya Pemugaran Masjid Agung
Pada awal periode ini tepatnya tahun 1970, para pengurus masjid dan
masyarakat sekitarnya mengadakan musyawarah untuk melaksanakan pemugaran Masjid Agung Al-Istiqomah.
Hasil dari musyawarah diajukan atau dibuat tembusan Surat Keputusan yang
disampaikan kepada:[10]
1. Bapak
Bupati KDH TK II Tanjung Jabung
2. Bapak
Unsur Muspida TK II Tanjung Jabung
3. Bapak
Ketua DPRD TK II Tanjung Jabung
4. Bapak
Kepala Kantor Depag Tanjung Jabung
5. Bapak
Camat/Camat Perwakilan Dalam Kabupaten Tanjung Jabung
6. Bapak
Lurah Dalam Kota Kuala Tungkal
Sehubungan
dengan laporan yang diajukan maka dapatlah keputusan untuk pemugaran. Setelah selesai
pemugaran pada tahun 1970, namanya disebut Masjid Al-Istiqomah mendapatkan
tanggapan yang baik dari masyarakat. Hal ini dikarenakan banyaknya kaum
muslimin yang berdatangan ke masjid guna untuk beribadah, agar dapat berjalan
dengan baik segala sesuatu yang diperlukan di masjid tersebut dibentuklah
pengurus-pengurus masjid yang susunannya adalah sebagai berikut:[11]
Struktur Komposisi Personalia Pengurus Masjid
Al-Istiqomah RT. IV Kel Tungkal Ilir tahun 1970, yaitu:
Pelindung : Bupati KDH
TK II Kab. Tanjung Jabung dan Muspida, Ketua DPRD Kab. Tanjab dan Ketua
Pengadilan Negeri Kabupaten Tanjung Jabung.
Penasehat : Kepala
Kantor Depag Tanjab, Ketua Majelis Ulama Tanjab, KH. M. Ardhi, KH. Kastalani
Ali, H. Nanang. AR, H. Ramlie Saman, H. Makmur, H. Masdar Ajang dan H. Musthafa.
Pengurus/Pimpinan :
Nadzir ’Am : KH. M.
Arsyad.
Nadzir I : KH. M. Ali
Wahab.
Nadzir II : H. Abdul
Halim Kasim, SH.
Nadzir III : H. M. Thahir
Thaib.
Sekretaris
Umum : H. Fuad Damhuzi, BA.
Sekretaris I : Ahmad
Khudari, BA.
Sekretaris II : M. Idrus. HB.
Sekretaris III : Drs. M.
Fauzi Mansur.
Bendahara : H. Husin
Noer.
Wakil
Bendahara : H. Ahmad Darsani.
Seksi Bangunan : Raden Ahmad
Legiran, M. Nurdin. S, H. Hasan Hamzah, H. Syafawi Said, H. Abdul Kawi dan Sulaiman
Ismail, BA.
Seksi Dana : Ketua:
Zainul Gaffar.
Wakil Ketua : Nasiruddin
Chaniago, BA.
Anggota : M. Tamsir
Busra, SH, H. Lintang dan M. Zaini Moning.
Seksi Kebersihan : Kurnia
Ramlie, H. Mas’ud Rasyidi, Maksum, Conong dan M. Yamin Masrani.
Seksi PHBI : M. Yamin
Hoesin, SH, H. S. Asfandi, Abdul Hamid Kurnain. Drs. Mahyuddin Arif, Kasyful
Anwar
dan
H. Abdullah Wahab.
Seksi Dakwah : KH. M. Kasyful Anwar, KH. M. Ali Wahab, H. Kastalani Ali, Drs. Ahmad
Arsyad Thaib dan M. Jamil Gumri.
[1]KH. M. Arsyad. Wawancara, (Senin, 19 Juli 2010).
[2]Sebelum masjid Al-Istiqomah/Raya ini dibangun, memang telah ada bangunan
dua buah masjid yang bernama Masjid Hidayatullah (dikenal dengan sebutan Masjid
Lama) yang terletak di Parit Tiga Tungkal III dan masjid Perukunan Melayu
(mengenai dua buah masjid ini telah dijelaskan pada Bab III).
[3]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi
Masyarakat Kelurahan Tungkal III Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 30.
[4]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi
Masyarakat Kelurahan Tungkal III Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 30-31.
Adapun
pengumpulan dana untuk kegiatan-kegiatan hari besar Islam, ia melakukan les dana pada siang hari dengan pergi ke toko-toko
orang kaya untuk meminta agar mereka mau memberikan sumbangan untuk kegiatan
tersebut. Adapun sebagai pengurus masjid H. Kasim Shaleh yang bertugas
mengorganisir tanaga pekerja atau sebagai pelaksana pada kegiatan keagamaan
tersebut.
[5]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi
Masyarakat Kelurahan Tungkal III Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 30-31.
[6] Radar Tanjab. Dokumentasi, (Kamis, 26 Juli 2012), hlm. 1 & 7.
[7]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi
Masyarakat Kelurahan Tungkal III Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 31.
[8]Hasan Basri. Wawancara, (Rabu, 18 Agustus 2010). Masjid Lama (Masjid Urang Banjar) dan masjid Melaju (Masjid Wong
Palembang) harus ditiadakan.
[9]Biro Humas dan
Protokol. Gubernur Jambi Ajak Masyarakat Sukseskan Pemilu 2009. (27 Februari 2009). Ini dipetik dari ungkapan KH. Abdul Halim Kasim, SH.
[10]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah
Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi Masyarakat Kelurahan Tungkal III
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 32-33.
[11]Zubaidah. Masjid Al-Istiqomah
Sebagai Lembaga Pendidikan Agama Islam Bagi Masyarakat Kelurahan Tungkal III
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung, (IAIN STS Jambi, 1991), hlm. 32-34.
Bahri, Syamsul, Perguruan Hidayatul Islamiyah (PHI): Modernisasi Pendidikan Islam di Tanah Tungkal, (2012), hlm. 105-111 dan 158-159.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !