CERITA SINGKAT PANGLIMA ADUL
PANGLIMA BARISAN SELEMPANG MERAH
KUALA TUNGKAL[1]
Oleh: Syamsul Bahri
Gambar 1: Panglima Adul (Abdul Shomad)
Sebelum Agresi Militer Pertama, Ilmu
SM belum terdengar di telinga masyarakat. Namun setelah pertempuran Agresi
Militer Kedua tiba-tiba muncullah BSM secara otomatis melalui solidaritas
masyarakat dan sangat menggugah semangat untuk bertempur. Pada saat itu barulah
diketahui siapa yang telah mengamalkan SM ini sebelumnya.[2]
Setelah Belanda menguasai dan
menduduki Kuala Tungkal, kira-kira jam 16.00-17.00 sore hari Jum’at itu juga, 3
orang BSM, yaitu H. Saman, Ma’ruf (Aruf) dan Masrun mengadakan pengintaian atas
gerak-gerik tentara Belanda di Kuala Tungkal. Tepat pada jam 23.00 malam baru
mereka pulang kembali ke Parit Selamat. Mereka mengadakan pengintaian dengan
menggunakan perahu kecil (jungkung) atas perintah Panglima Adul (Abdul Shamad).
Sesudah itu, menurut keterangan dari beberapa anggota BSM yakni Ahmad Kurnia
dan Asnawi Badrun bahwa pada hari Sabtu malam Minggu tanggal 22 Januari 1949
Guru Abdul Shamad pergi ke Parit H. Yusuf (Tungkal V) untuk menemui Guru H. M. Daud Arif
(adik ipar Guru Abdul Shamad) yang pada waktu itu yang sudah mengungsi ke Parit
H. Yusuf seberang
Kuala Tungkal.[3]
Pertemuan dalam rangka membicarakan bagaimana perjuangan selanjutnya.
Abdul Shamad, terkadang disebut juga
Panglima Adul, Panglima Adul Shamad (Abang ipar Guru H. M. Daud Arif, istrinya
adalah adik dari Panglima Adul) dilahirkan di Tanjung Senjulang pada tahun
1910, ia pernah tinggal di Malaysia yang gugur pada saat pertempuran di laut
pada tanggal 13 Februari 1949, jasadnya tidak ditemukan. Adapun pekerjaan
Panglima Adul dahulunya adalah membelok atau berjualan (berdagang) kain dan
lainnya dengan perahu yang berasal dari di Tanjung Senjulang. Orang tuanya
bernama Ahmad. Ia bertiga beradik sedangkan ia adalah yang tertua, kemudian
adiknya bernama Syamsiah (istri Guru H. M. Daud Arif) dan Zaleha. Kemudian
setelah menikah ia pindah ke Parit Selamat. Pada saat musim pertempuran, maka iapun turut handil untuk ikut
mengusir penjajah. Sedangkan
istrinya (Abdul Shamad) bernama Nurpiah dan ayahnya (Nurpiah) bernama Anjut.[4]
Panglima Adul adalah keponakan Pasirah Asmuni, karena istri Pasirah dua beradik
(saudara) dengan ibunya. Ia adalah Panglima BSM yang kedua gugur.
Ketika Guru Abdul Shamad yang masih
sebagai Ketua Aliran SM melaporkan hasil peninjauan terhadap keadaan Belanda di
Kuala Tungkal yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah melalui jalan panjang,
maka semua anggota rapat sependapat dengan segera membentuk satu angkatan
laskar untuk menentang keganasan Belanda yang hendak menguasai tanah Indonesia
ini pasca pengakuan kemerdekaan khususnya di Kuala Tungkal, maka dalam waktu
yang relatif singkat terbentuk dan tersusun Laskar Rakyat yang bernama BSM yang semua anggotanya adalah
rakyat Kuala Tungkal dan menyebarlah ke kawasan Tungkal Area. Kemudian
ditunjuklah Guru Abdul Shamad sebagai pemimpin dengan diberi gelar atau julukan
“Panglima” dan pada saat itu juga ia diangkat menjadi seorang Panglima.[5]
Ketika itulah, pemimpin BSM yang pertama, yaitu Guru Abdul Shamad mendapat
panggilan akrab yang lebih populer dengan sebutan “Panglima Adul”. Panglima adalah sebagai guru SM penerima ajaran yang menguasai ajaran
tersebut dan
mengajarkannya kepada para muridnya.[6]
Pemimpin BSM disebut atau diberi
gelar Panglima. Adapun Panglima BSM yang dikenal sebanyak 4 orang. Mereka
memimpin secara bergantian, maksudnya setelah panglima yang pertama gugur
diganti oleh panglima kedua, seterusnya hingga yang keempat. Namun yang
terakhir ini tidak digantikan lagi karena ia tidak gugur dan masih tetap hidup
hingga tahun 1974. Begitu juga para petinggi TNI dan Polisi yang masih hidup
pasca agresi, pada setiap front (basis) Komandannyapun berbeda yang memegang
peranan penting dalam memimpin setiap pertempuran khususnya Front Tungkal Area.
Setiap Front Besar memiliki Front Kecil yang mendukungnya, seperti halnya Dapur
Umum Utama dan Dapur Umum Pembantu. Front Perjuangan biasanya bertempat yang
sama di mana di sana adanya juga Dapur Umum. Adapun front dan Panglima BSM
adalah sebagai berikut:[7]
1.
Front yang pertama adalah Front Seberang Kota yang
meliputi beberapa desa, di antaranya Parit Selamat, Parit Keramat dan
parit-parit di sekitarnya hingga Sungai Terap[8]
Indragiri Hilir (Inhil). Parit Selamat terletak di Seberang Kuala Tungkal yang
menyeberang menuju sungai Pengabuan kemudian masuk menyusuri sungai kecil jika
hendak ke sana. Inilah front pertama tempat berdirinya BSM yang menjadi
pemimpin pertamanya adalah Panglima Adul dibantu oleh TNI dalam beberapa kali
penyerangan. Sedangkan Pimpinan TNI yang ditugaskanlah pada front ini sebagai
pendamping Panglima Adul adalah Serma CPM A. Murad Alwi sebagai Komandan Sub
Sektor Kuala Tungkal yang batasnya adalah sungai Pengabuan sampai seberang
Kuala Tungkal.[9]
2.
Front kedua adalah Front Tungkal I. Front ini bermarkas
di rumah Datuk Mangun tepatnya di Parit Gantung yang juga dijadikan sebagai
Dapur Umum Tungkal I. Kawasan front ini meliputi beberapa desa, di antaranya
Parit V, Parit VI, Parit VII, Parit VIII, Parit IX, Parit Bakau, Sungai Dualap,
Sungai Punggur hingga Pangkal Duri (sekitar pantai Tanjung Jabung).[10]
Sebagai Panglima yang pada front ini adalah kedua adalah Panglima H. Adul Hamid
yang juga dibantu oleh TNI. Ia gugur setelah satu kali melakukan penyerangan
terhadap markas Belanda di Kuala Tungkal. Sebagai Komandan TNI yang bergabung
di front ini dipimpin oleh Letda A. Fattah Laside.
3. Front ketiga
adalah Front Pembengis yang terletak ±5 km dari Kuala Tungkal yang meliputi
beberapa desa, di antaranya desa Pasar Arba’, Parit VIII Bram Itam, Sungai
Saren, Parit Semau hingga Teluk Sialang. Berbeda dengan sebelumnya bahwa di
front ini terdapat dua panglima, yaitu Panglima (Daeng) Camak yang gugur
setelah melakukan penyerangan pertama kalinya ke pos-pos Belanda di Kuala
Tungkal pada penyerangan terakhir. Tatkala ia mempimpin, sebenarnya pada waktu
itu masih dalam kepemimpinan Panglima H. Saman. Setelah gugurnya Panglima Camak
ini, maka iapun digantikdan oleh Panglima H. Saman yang menjadi panglima
terakhir dari BSM yang tetap hidup hingga tahun 1974. Di front ini juga dibantu
oleh TNI Serma Kadet Madhan AR
sebagai Komandan.
A.
Penyerbuan BSM Pimpinan Panglima Adul [1]
Sebelum melaksanakan penyerangan
kota, ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Guru Abdul Shamad (Guru Adul
atau Panglima Adul) kepada para anggota BSM, pesan ini kiranya dipatuhi betul
dalam melaksanakan perjuangan. Di antara beberapa pesannya, yaitu:
1.
“Namanya juga Indonesia sudah merdeka, bersatu-padu PAS”.
Maksud PAS adalah bersatulah kumpulan-kumpulan, bersatu-padu untuk Indonesia
hidup bersama-sama.
2.
Mengenai peraturan perang, yaitu, “kalau berperang tidak
boleh mundur kaki setapakpun, kalau mundur tidak ada (tidak akan) mendapat
pahala lagi serta tidak sabil dan tidak syahid, yang berarti tidak yakin kepada
Allah dan menghilangkan hakikat lรขilรขha illallรขh wallรขhu akbar yang menjaga
kita”.
3.
“Kalau jumpa satu jurusan (sealiran), selama dalam
jurusan Selendang Merah, semua bersaudara, saudara fiddun-yรข wal รขkhirah, semua
berkumpul, saudara adik-beradik tidak boleh berbantah-bantah sampai ke anak
cucu”.[11]
Pesan-pesannya itu begitu berkesan
kepada para anak buahnya, sehingga pasukan BSM ini dapat dikatakan juga dengan
Pasukan Berani Mati, yaitu pasukan yang berani menantang maut walaupun harus
nyawa sebagai taruhannya. Dengan demikian, maka penyerbuan terhadap pasukan
Belanda di kota dan menghancurkan musuh adalah tugas pokok yang paling utama
dari BSM ini
1.
Rencana dan persiapan
Sebelum melakukan penyerbuan, Guru
Abdul Shamad terlebih dahulu mengundang langsung para pejuang yang berani mati
untuk melakukan penyerangan ke dalam kota dengan mendatangi ke desa-desa.
Pasukan yang melakukan penyerangan berasal (datang) dari beberapa desa seperti
dari Parit Palembang, Parit II (tempat berkumpulnya rombongan TNI pimpinan
Letda A. Fattah Laside), Sungai Gebar, Parit VII Tungkal I, Parit Gompong atau
Pembengis (tempat berkumpulnya rombongan Panglima Adul), Teluk Sialang, Sungai
Terap, daerah hulu dan
lain-lain. Pertama-tama anggota Pasukan Rakyat ini jumlahnya tidaklah banyak
(sedikit), maklum karena relatif masih baru, sehingga belum banyak anak buah
atau orang-orang yang ikut melakukan penggempuran itu berkemungkinan mereka
adalah murid-murid Guru Abdul Shamad atau orang-orang yang kenal dekat
dengannya. Pertempuran-pertempuran itu belumlah terkoordinasi dengan baik seperti halnya nanti setelah
terbentuknya BSM.[12]
Pada siang harinya tanggal 5 Februari 1949, sebagai persiapan untuk
melaksanakan konsolidasi dan penyerangan lebih lanjut, maka Komandan KODM Kuala
Tungkal Letnan II A. Thaib Hanafiah
memerintahkan kepada beberapa anggota TNI di antaranya Serma Abdullah Sani staf
KODM Kuala Tungkal dengan “Surat Keterangan” untuk melancarkan rencana KODM
yang mana bisa diselenggarakan di dalam wilayah Kuala Tungkal. diharap kepada
Tuan-tuan penghulu, Kepala-kepala parit, alim-ulama dan Kepala pasukan rakyat
agar dapat memberi bantuan sepenuhnya di mana perlu.[13]
Selanjutnya, dengan pimpinan Panglima Adul pada tanggal 5 Februari 1949, sekitar jam 20.00 malam bertempat
di Parit Keramat/Selamat Tungkal III mulai mengadakan persiapan Laskar Rakyat guna mengadakan
perlawanan terhadap tentara Belanda.[14] Dua hari berikutnya, yaitu tanggal 7/8 Februari 1949 (Senin
malam Selasa) pasukan telah disiapkan dan tempat pemunduran jika
keadaan memaksa telah ditentukan. Sebelum keberangkatan ke medan perang,
dikumpulkanlah para pemuda dan siapa saja yang rela bergabung dan berjuang
untuk menyerbu tentara-tentara musuh (Belanda) di kota Kuala Tungkal, maka
tercantumlah sekitar 40-42[15]
pemuda dari rakyat yang semuanya sudah mempelajari amalan SM sebelum Belanda
menduduki Kuala Tungkal. Kemudian pasukan dibagi 4 (empat) bagian dan
masing-masing dipimpin oleh Abdul Shamad, H. Saman, H. Nafiah dan Zainuddin.[16]
2.
Jalannya pertempuran
Dalam keadaan tentara Belanda sudah merasa aman
dikarenakan tidak ada serangan atau gangguan dari TNI, maka pada jam 24.00 tengah malam, tiba-tiba mereka disibukkan oleh
segerombolan orang, rupanya BSM mengadakan penyusupan dan penyerbuan ke Kuala
Tungkal secara serentak
dan mendadak. Pasukan BSM
dengan 40-42 orang di bawah pimpinan Panglima Adul dari Parit Selamat
menggunakan 9 (sembilan) perahu kecil (sampan jungkung), mendarat di belakang
toko-toko dan berpencar ke pos-pos penjagaan musuh dengan cara bagaikan
“mengintip rusa pada waktu berburu, satu lawan satu atau dua lawan satu, kapak
atau tikam lari, mundur kembali dan menghilang kemana saja keluar kota.[17]
BSM mempersenjatakan diri mereka
dengan parang, pisau, keris, tombak dan senjata tajam lainnya yang berangkat
dari Parit Selamat menuju Kuala Tungkal. Ketika mereka mengadakan penyerbuan ke
Kuala Tungkal, saat itu tentara Belanda sedang berfoya-foya atau berpesta
(bersenang-senang) dengan mabuk-mabukkan dan lainnya untuk merayakan hari
kemenangan mereka setelah menduduki kota Kuala Tungkal pada tanggal 21 Januari
1949 yang lalu. Di saat
kelengahan inilah para pemuda
tersebut menyerbu tentara-tentara
Belanda tersebut. Pada saat itu pasar lama berada di tepi laut, di jembatan pelabuhan di pasang lampu-lampu petromaks[18] oleh Belanda. Penyerangan pertama kali yang
dilakukan oleh BSM adalah dengan cara menghancurkan (menghabisi) lampu-lampu tersebut agar keadaan
di pelabuhan gelap dan kesempatan
untuk mengobrak-abrik apa dan siapa saja yang ada. Tentara Belanda sama sekali tidak menduga
sebelumnya akan adanya serangan yang mendadak. Di saat kelengahan inilah para
pemuda tersebut melakukan penyerbuan. Pertempuran ini berlangsung selama 9 jam,
yaitu dari jam 24.00 tengah malam dan berakhir pada jam 09.00 pagi.[19]
Dalam penyerbuan ini dilaporkan
bahwa ada belasan korban tewas/mati terbunuh dari pihak musuh (tentara Belanda), mereka dirincah (ditebas)
dengan senjata tajam seperti parang bungkul, mandau dan lainnya yang mana di
antaranya terdapat tentara yang berpangkat Kapten dan banyak juga yang luka
berat dikarenakan penyerangan dilakukan secara tiba-tiba (mendadak). Pada malam
itu juga yang menjadi korban mati dan cedera dari pihak tentara Belanda langsung dibawa oleh
teman-temannya dengan kapal menuju Tanjung Pinang atau Palembang.[20]
Sangat disayangkan bahwa korban penyerangan tak dapat
dicatat dengan pasti. Penyerangan pertama ini berhasil dengan baik walaupun ada 2 orang gugur, yaitu Arup bin Wahid dan A. Rachman, 3 orang luka berat, 1 orang luka ringan dan 2 orang ditawan.[21]
Pada penyerbuan pertama ini, TNI belum ikut dan bergabung dengan BSM karena pada saat itu sedang melaksanakan konsolidasi interen
mengenai persiapan senjata.
3.
Berakhirnya pertempuran
Setelah berhasilnya penyerangan
pertama BSM terhadap pos Belanda di pelabuhan, keesokan harinya, tersebar dan
terdengarlah berita orang membicarakan di mana-mana, di tiap-tiap parit dan
setiap Kepenghuluan para anggota teras BSM bermusyawarah.[22]
Menambah keyakinan masyarakat terhadap keampuhan amalan SM. Beberapa hari
setelah penyerangan BSM terhadap Belanda itu, maka mulailah BSM dikenal luas
dan banyaklah rakyat yang berminat untuk menjadi anggotanya dan menyampaikan
keinginan mereka untuk bertempur menyerang pertahanan tentara Belanda di Kuala Tungkal khususnya
para pemuda yang berminat ingin masuk menjadi anggotanya kemudian bersatu-padu
untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran SM yang masing-masing mereka ingin
membesarkan barisan rakyat ini untuk kepentingan bersama, yaitu menentang
keganasan Belanda yang hendak menguasai tanah Indonesia ini pasca pengakuan
kemerdekaan.
Setelah munculnya BSM yang
dipelopori oleh Guru Abdul Shamad yang selanjutnya dikenal dengan nama Panglima
Adul, maka muncullah semangat dan kekuatan dalam jiwa rakyat untuk merebut
kembali Kuala Tungkal.
Gambar 2: Lukisan penyerangan BSM ke kapal Belanda
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDffzSz0L03xR2mw-2TA-C3XNcbWrk_Q0dUUlvbiavGl54aKROcnPYIqx3G7-5pxklDNwuCb-NNLCHPrigdhFPLNbYYGCGZS4oiq8lNnwC9q4ECV_4LIoA4wUNb33nKZYBONleg4z0gv89/s1600/Pertempuran+di+Kuala+Tungkal+2.JPG
B.
Penyerbuan BSM dan Gugurnya Panglima Adul [2]
Sebelum terjadinya penyerangan laut
yang dipimpin oleh Panglima Adul, istrinya Nurpiah bermimpi tatkala Panglima
Adul melakukan penyerbuan pada permulaan kalinya. Mimpinya yaitu, “banyak orang yang memakai pedang, singgah ke rumah, salah
seorang pejuang memberi sepucuk surat yang mana isi surat itu adalah bahwa
“Panglima Adul ditembak oleh pembesarnya”, maka istrinyapun menangis. Setelah
melakukan penyerbuan
pertama itu, Panglima Adul
pulang ke rumahnya. Kemudian Panglima Adul bertanya kepada istrinya: “Apa istriku mimpi?” Istrinyapun menjawab sambil menceritakan
mimpinya tersebut. Panglima Adul
berkata: “Kalau engkau menangis, kalahlah aku, jika engkau tidak menangis,
menanglah aku”.
Rupanya
persiapan berperang ini sudah dilakukan sejak jauh-juah hari, yaitu setelah
didudukinya kota Kuala Tungkal oleh tentara Belanda. Ketika tinggal di Parit
Selamat, ia sering mengajarkan amalan, cara bertempur dan bagaimana cara
memasang SM kepada orang yang ingin mencoba keampuhannya kepada 2 sampai 4
orang yang mendatangi rumahnya dari berbagai parit yang hampir setiap hari
begitu juga dari Kuala Tungkal. Ia sering pula mengajar amalan SM ini ke
berbagai kampung yang dekat dengan kampungnya, begitu juga di Kuala Tungkal. Sehari sebelum keberangkatan, Panglima
Adul masih sempat sholat subuh berjamaah bersama istrinya Nurpiah di rumahnya,
terus dengan memanjatkan doa kepada Allah hingga pagi harinya. Kemudian pada
jam 06.00 pagi iapun bersiap-siap untuk pergi ke front perjuangan Parit Bakau
memakai pakaian untuk berperang dengan baju dan celana hijau polos yang didapatnya
ketika di Kuala Tungkal layaknya seperti tentara yang siap sedia untuk
bertempur. Sebelum
berangkat iapun berpesan kepada sang istri: “jika Belanda datang, janganlah mundur
lari!”.[23] Ternyata
inilah pertemuan dan pesan terkahir Panglima Adul kepada istrinya yang tidak
ada pertemuan lagi setelah hari ini.
1.
Rencana dan persiapan
Panglima Adul sebagai Panglima BSM
yang telah berhasil melakukan penyerbuan terhadap kedudukan Belanda di Kuala
Tungkal pada waktu pertama kali beberapa hari yang lalu, mencoba lagi untuk
melakukan penyerangan yang kedua kalinya. Tetapi kali ini sangat berbeda karena
sasarannya adalah kapal Belanda di laut yang bergabung dangan pasukan CPM yang
dipimpin oleh Serma CPM A. Murad Alwi.[24]
Menurut cerita bahwa saat-saat awal sebelum dimulainya pertempuran besar dan
dahsyat ke dalam kota, senjata yang ditembakkan Belanda tidak meletus
(berbunyi), tidak diketahui apa penyebab dan amalan BSM yang sesungguhnya.[25]
Beberapa hari setelah penyerbuan
pertama, pada hari Sabtu tanggal 12
Februari 1949, sebelum
keberangkatan untuk melakukan penggempuran, semua anggota BSM terlebih
dahulu berkumpul melakukan persiapan seperti memakai SM dan amalan-amalan yang
akan dikerjakan nantinya tatkala menyerang musuh. Kemudian diadakan seleksi para pemuda rakyat yang ingin
bergabung dan berjuang untuk melakukan penggempuran[26] dengan didampingi oleh Serma Kadet Madhan AR dan Serma CPM Buimin Hasan. Seleksi dimulai dari Kampung
Laut sampai ke Kuala Tungkal yang dibangun beberapa pos penjaga di dalam hutan
bakau, guna memberi tahu dengan kode kalau kapal perang Belanda masuk. Sekitar
jam 22.00 malam kapal perang Belanda (Landing
Craft) terlihat di tengah laut. Serma CPM A. Murad Alwi dan Serma CPM Buimin Hasan sebagai Komandan taktis anggota BSM sudah siap di perahu-perahu
yang ditentukan. Dari tengah laut kapal perang Belanda memasang lampu sorot
yang ditujukan ke daerah Pelabuhan.[27]
Sebelum keberangkatan, Pasukan
Gabungan berkumpul di sebuah masjid di Parit Bakau, kepada anggota yang ingin
berangkat menyerang Belanda ada piturunnya[28]
terlebih dahulu diberikan makan sahang (merica) , maka oleh seorang Guru yang
bernama H. Basri Anwari (yang dikenal Guru Bakau) yang kemudian ditanyakan
kepada para anggota, pedas ataukah tidak. Jika merasa kepedasan, maka anggota
tersebut boleh untuk berangkat menyerbu. Kemudian diberikan air minum/air putih
dengan jampi-jampi oleh Guru tersebut. Secara khusus,
setelah minum air tersebut, maka akan merasa lupa dengan bahaya dan timbul keberanian, tidak ada sedikit terpikir untuk mundur.[29] Setelah itu, setiap anggota
diberikan SM yang telah disediakan oleh Guru Abdul Shamad yang dijahit oleh
anaknya sendiri Amir Hamzah dan seorang Polisi bernama Jahri dan sebagai penulisnya atau mencetak (menulis rajah-rajah)
SM yang berisi 12 ‘azimat itu adalah Guru Bakau. Memakainya dengan cara disemat
3 kali dengan kancing dawai[30] atau alat lain yang dapat
menyambung di hujung SM itu.
Rencana pertama, pasukan hendak
berangkat dari pangkalan (front) Seberang Tungkal desa Parit Api-api pada jam
02.00 malam, dikarenakan air pasang, maka pasukan menunggu. Hingga jam 04.00
subuh, kemudian pasukan keluar dari pangkalan (masjid) ke kuala dengan memakan
waktu 1 jam sampai di pinggir laut pada jam 05.00 subuh sehingga waktu sudah
hampir kesiangan agak jelas kelihatan keadaan sekeliling. Dalam perhitungan
militer, pada waktu itu tidak mungkin untuk melakukan penyerangan terhadap
Belanda di laut karena sudah hampir siang. Pada waktu itu pasukan ada yang ragu
dengan berpikiran jika berangkat menyerang pada saat ini bisa dicegat oleh
tentara Belanda di jalan.[31]
Padahal sebelum keberangkatan itu
juga, ketika di Parit Bakau Panglima H. Saman yang ketika itu masih menjadi
bawahan/prajurit Panglima Adul dan belum menjadi seorang Panglima sudah
mentangatinya (mengingatkan dengan keras kepadanya) agar “jangan berangkatlah
karena sudah kesiangan!” katanya, namun peringatan itu tidak digubris oleh
Panglima Adul dan iapun tetap berangkat. Mengingat ketika air baru (lambat)
pasang pada subuh itulah Panglima H. Saman urung untuk (tidak) ikut bersama
Panglima Adul.[32]
Peristiwa inilah yang yang selanjutnya menjadikannya sebagai Panglima BSM baru.
2.
Jalannya pertempuran
Sekali maju tetap maju, walaupun
sudah banyak korban di pihak BSM, namun perlawanan tetap dilanjutkan, maka
sesudah pertempuran di Kuala Tungkal tepatnya pada tanggal 13 Februari 1949 (subuh Minggu),
BSM bergabung bersama CPM sebagai Komandan Serma CPM A. Murad Alwi melakukan
penyerbuan dengan perahu dayung menyeberang laut dengan kekuatan 105-117 orang
menggunakan 11-12 perahu dayung (sampan)[33]
dan sebagai Komandan perang Panglima Adul yang menghadapi 3-4 kapal/motorboat
Belanda hampir bersamaan. Kejadian di mulai sekitar jam 05.30 pada waktu hampir
pagi.
Dalam keadaan hari kelam, apakah
karena disebabkan kedengaran bunyi berbaca-baca atau sentuhan pengayuh ke
perahu. Ketika perahu-perahu sampai di tengah laut, Pasukan Gabungan dapat disorot
oleh senter kapal perang Belanda dan dicegat. Kemudian sebuah kapal motor
Belanda mendekati perahu[34] pasukan bagian depan, terlihat pertama kali 1 (satu) kapal perang Belanda ukuran BO, mereka memerintahkan semua pasukan
yang berada di perahu untuk
mengangkat tangan agar menyerah
sembari memberikan tembakan peringatan.[35]
Perahu terdepan
sangat dekat dengan kapal Belanda berjarak sekitar ±25 meter saja. Panglima Adul bersama segera melepaskan tembakan yang
ditujukan kepada tentara Belanda yang
berada di atas kapal. Seketika itu
juga Serma CPM A. Murad Alwi dengan Serma CPM Buimin Hasan bersama
rekan-rekannya ikut menembak tentara Belanda yang ada di kapal tersebut,
terjadilah kontak senjata yang tidak bisa dihindarkan.
Pada barisan terdepan, ada 11 orang
dengan 1 perahu pertama berhadapan langsung yang dikomandoi oleh Panglima Adul
yang tegak berdiri di depan/ujung perahu dengan 2 pistol di tangan kanan dan
kiri sambil melepaskan tembakan dan tidak lupa juga membawa parang bungkulnya. Sedangkan Serma
CPM A. Murad Alwi yang
berada di belakang Panglima Adul menembakkan karabin sambil melihat keberanian Panglima Adul. Di dalamnya terdapat 8 orang dari
BSM dan 3 orang dari CPM, yaitu Komandan Serma CPM A. Murad Alwi dan 2 orang anggotanya yang gugur, yaitu Kopral Badari dan Kopral Muhammad. Sedangkan anggota CPM lain Serma CPM Buimin Hasan dan anggota BSM lain berada
pada perahu urutan ketiga. Saat terjadi tembak-menembak yang gencar dari kedua
belah pihak, tentara Belanda yang berada di atas kapal memuntahkan pelurunya ke
arah sampan Panglima Adul atau pasukan pada perahu pertama, akan tetapi peluru
yang keluar tersebut melenceng (meleset) naik ke samping kanan-kiri dan atas
Panglima Adul.[36]
Setelah beberapa saat, kemudian
Panglima Adul terjun/melompat ke dalam air (laut) berenang mendekati kapal
Belanda dan hendak menyerbu mereka yang berada di atasnya dengan maksud akan
menaikinya dan mengamuk di sana (dalam kapal itu).[37]
Sebelum ia naik kepal itu, terlebih dahulu ia memegang jangkar kapal itu. Bagitu pintu Landing Craft (LC) dibuka,
semua lampu sorot dipasang tentara Belanda sembari memuntahkan peluru senapan
mesin ke arah perahu BSM. Karena terang-benderang, Belanda mulai menyerang BSM
dengan mudah. Kemudian Panglima Adul diberondong dengan senapan mesin
kapal itu oleh tentara Belanda, kemudian meninggal yang mayatnyapun tidak dapat
ditemukan lagi. Kemudian iapun gugur di tempat kejadian menjadi syuhada.[38]
Menurut keterangan seorang saksi
mata bahwa Panglima Adul sudah mendekati ke kapal tersebut dan sewaktu ianya
menggapai dinding kapal itu, ia dibidik musuh dengan senjata otomatis sehingga
hilang di pandangan mata.[39]
Dari banyak sumber menyatakan bahwa Panglima Adul gugur karena disebabkan
keadaan yang sangat sulit untuk mengadakan pengunduran setelah mengadakan
penyerangan. Pada umumnya
para korban tenggelam bersama perahunya ke dalam laut muara sungai Tungkal.[40]
Setelah tentara Belanda berhasil menumbangkan Panglima
Adul, tindakan mereka tidak cukup sampai di situ, selanjutnya mereka menghantam
senjata karabin yang pegang oleh Serma CPM A. Murad Alwi yang berada di
belakangnya. Tentara Belanda menembaki perahu yang dinaiki Panglima Adul dan 9
orang gugur dan 2 orang selamat yang masih hidup jatuh ke laut, yaitu Serma CPM
A. Murad Alwi dan Saleh[41]
yang jari tangannya putus karena ditembak Belanda, juga menghantamkan tembakan
mesinnya ke arah (beberapa buah) perahu pasukan lainnya yang berada di
belakangnya lainnya. Selain itu, mereka yang gugur di antaranya Ahmad Kosasih,
Syamsuri, Ismail dan lain-lain.
Kemudian datanglah menyusul 2 (dua)
kapal perang Belanda membantu menggempur perahu yang lain. Setelah Belanda
membantai (menghancurkan) perahu pasukan rakyat dan kemudian mereka jatuh ke
dalam air, tentara Belandapun mengarahkan dan menembakkan senapan mesinnya ke
BSM yang telah jatuh tak berdaya di atas air tersebut.[42]
Sehingga mereka berkecapangan[43]
mati lemas, walaupun masih ada di antara mereka yang masih sempat melarikan
diri. Bagi pasukan
yang perahunya hancur tetapi masih selamat,
mereka berenang menuju pantai sekuat tenaga. Sedangkan bagi yang
berada di belakang dan masih berada
jauh dari kapal berada mereka mendayung
sampannya sekuat tenaga pula kembali menuju ke pangkalan/Seberang Kuala Tungkal atau berenang menuju pantai
Tungkal/Tangga Raja Ulu atau ke daerah lainnya yang aman.
Menurut cerita lain, bahwa bukan
hanya dari kapal saja tentara melakukan penembakan, tetapi juga dari
loteng-loteng rumah yang berada di tepi laut. Pertama-tama mereka hanya
menghantam perahu-perahu saja, tetapi setelah itu mereka menembakkannya pula ke
arah pasukan yang sudah terpelanting di atas air, sehingga mereka mati
terkapar.[44]
Dalam
pertempuran ini, sebanyak 20-37 orang[45]
BSM gugur termasuk Panglima Adul, dengan 6 (enam) perahu yang hancur termasuk
di dalamnya 2 (dua) orang CPM, yaitu Kopral Badari dan Kopral Muhammad.
Sedangkan 15-20 (dua puluh) orang anggota BSM termasuk anggota CPM lainnya
luka-luka termasuk Serma CPM A. Murad Alwi yang luka tertembak tangannya[46] dan
hancur kupiahnya.[47] Serma
CPM Buimin Hasan bersama anggota pasukan lainnya dapat pula menyelamatkan diri dan mendarat di pantai dengan 5 (lima) perahu terus menuju
pantai Kuala Tungkal. Sedangkan dari pihak musuh banyak menderita kerusakan dan
korban jiwa tidak dapat diketahui.[48]
3.
Berakhirnya pertempuran
Mendengar kisah dari salah seorang
pejuang yang sempat menyelamatkan diri, yaitu CPM A. Murad Alwi, pada saat itu
air masih pasang, dengan menjadikan ilung[49]
yang mengantar sampai ke tepi pantai Kuala Tungkal, ketika tinggi matahari
sekitar jam 09.00 pagi. Setelah sampai di tepi pantai, tepatnya di Tangga Raja
Ulu yang dekat dengan pertahanan Belanda. Walaupun nafas terengah-engah, namun jiwa tetap semangat
dengan memegang sebilah keris, namun saat melihat darah timbul sedikit rasa
takut. Kemudian kain
yang dipakai tersebut digunakan untuk mengikat tangan yang luka sambil
bersembunyi di rawa-rawa. Kemudian terus berjalan tanpa alas kaki di daerah yang penuh
dengan pagar kawat
berduri, yaitu daerah
kekuasaan Belanda. Seteleh melewati medan daerah berpagar kawat berduri, medan yang begitu sulit kemudian berjalan menuju Parit
Gompong sampai jam 17.00 sore sambil
menghindari tembakan-tembakan Belanda hingga sampai ke kuala Parit Gompong.
Dalam hujan
peluru tentara Belanda itu,
Serma CPM A. Murad Alwi berusaha untuk mencapai pantai Tangga Raja Ulu Kuala
Tungkal, dengan cara mengambang dalam air, bernafas hanya melalui hidung yang
diusahakan tetap berada di atas permukaan air. Setelah dengan sesudah payah
berhasil mendarat di Tangga Raja Ulu, Serma CPM A. Murad Alwi baru menyadari
kalau tangan kirinya tembus kena peluru yang ditembakkan Belanda. Dari Tangga
Raja Ulu, Serma CPM A. Murad Alwi segera menuju Parit Gompong di mana dia bertemu
nelayan yang sedang menangkap ikan dengan perahu, ia kemudian membawanya ke
tempat peristirahatan, yaitu ke Pasar Arba’ untuk mendapatkan pertolongan dan
perawatan. Di daratpun Belandapun terus melakukan tembakan.[50]
Seperti halnya juga Malik yang terluka dan masih sempat dibawa oleh temannya
naik di Pabrik Kicum di jalan Harapan Ujung dan kemudian langsung dibawa
melalui jalan darat dari Pembengis di antara mereka ada yang hanyut sampai ke
Kuala Bram Itam dan sampai ke Pasar Arba’.[51]
Dari merekalah didapatkan kisah-kisah heroik ini.
Setelah
kejadian tersebut, dicoba untuk melakukan pencarian terhadap Panglima Adul yang
juga dilakukan oleh Panglima H. Saman. Menurut seorang guru, “bahwa kita tunggu
terlebih dahulu selama 3 hari”, ternyata tidak ada muncul. Kemudian “ditunggu
saja lagi selama 7 hari”, juga tidak muncul. Pada akhirnya “ditunggu hingga 40
hari” hingga sekarang, iapun tidak muncul juga. Kemungkinan kajian yang ia
pelajari ada sedikit kurang. Jika tidak kurang, maka ia akan timbul kembali.[52]
Itulah
perjuangan BSM, dikarenakan ketika itu telah muncul kekuatan dan semangat yang
besar untuk mengadakan penggempuran laut dan dengan persiapan yang matang,
walaupun pada akhirnya tetap melakukan penggempuran dengan semangat jihรขd atau heilige oorlog dengan mengobarkan perang suci, gugur dalam berjuang membela agama,
nusa dan bangsa adalah mati syahid.
Setelah terjadi
perang laut itu, maka keadaan berhenti sementara (beberapa hari) untuk
melakukan persiapan penggempuran selanjutnya. Mengingat situasi yang tidak
memungkinkan, kemudian setelah diadakan perundingan oleh petinggi BSM, maka
front yang semula di seberang kota itu dipindahkan ke Pembengis.[53][]
Gambar 3: Lukisan penyerangan BSM ke kapal Belanda
DAFTAR PUSTAKA
Buku/Catatan
Ali,
Kasthalani, Salinan Kembali Catatan
Riwayat Perjuangan: Sejarah Ringkas Perlawanan Pasukan Selempang Merah Tergabung Dalam Pasukan yang Berada di Kuala Tungkal Melawan Tentara
Kolonial Belanda Sejak Tanggal 7 Februari s/d 15 Mei 1949, Kuala Tungkal, 15 Mei 1950.
DHD Angkatan ’45 Propinsi Jambi, Perjuangan
Kemerdekaan RI (1945-1949) di Propinsi Jambi [draft], (Jambi,
1988).
Nashruddin,
Abdul Mukti, Jambi Dalam Sejarah Nusantara, Jambi: 1989.
Masdar,
H., Sejarah Perjuangan Tanjung Jabung Tungkal Area Front, Tt.
Soedarsno,
Raden, Sejarah Perjuangan Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) di Daerah Jambi, Jambi, 1975.
Surat Keterangan Kepada Abdullah
Sani, (5 Februari
1949).
Yani AZ, Ahmad, Memeluk
Cermin yang Sesaat Buram: Balada Perjuangan Perang Kemerdekaan TNI Bersama
Barisan Selempang Merah dan Rakyat Tanjung Jabung Tahun 1949, Kuala
Tungkal, 10 Juli 1999.
Wawancara
Abdul Murad, Wawancara, (Kamis, 15 Agustus 2013).
A. Murad Alwi, Wawancara
oleh Muntholib SM, (Minggu, 20 Juni 1982).
Mukhtar, Wawancara, (Minggu, 14 April 2013).
Nurpiah, Wawancara, (Minggu, 14 Juni 2013).
Muhammad Ali, Wawancara, (Selasa, 16
Juli 2013).
Amir Hamzah, Wawancara, (Jum’at, 20 September 2013).
Zulkarnain Idris, Wawancara oleh Muntholib
SM, (Kamis, 17 Juni 1982).
[5] DHD Angkatan ’45 Propinsi Jambi,
Perjuangan Kemerdekaan RI (1945-1949) di Propinsi Jambi [draft], (Jambi, 1988), hlm. 117.
[7] Zulkarnain Idris, Wawancara oleh Muntholib
SM, (Kamis, 17 Juni 1982). Perlu
diketahui bahwa BSM ini sebenarnya dibentuk juga hampir di setiap parit/desa dalam
Kepenghuluan di Tungkal Area, karena anggota BSM banyak berasal dari desa-desa
yang jauh seperti Pangkal duri, Teluk Sialang hingga Teluk Nilau.
[8] Dalam suasana agak aman, walaupun
terasa masih dalam keadaan genting, di desa Sungai Terab ini diadakanlah
latihan perang untuk pertempuran selanjutnya. Di tempat ini banyak mata-mata
Belanda yang mati dirucuh (dibunuh). Di antara pelatihnya adalah Sakiban, KPW
Ismail dan lain-lain. Di antara latihannya adalah merayap dan menggunakan
senjata-senjata tradisional seperti parang bungkul, buluh paring dan lain-lain.
Muhammad Ali, Wawancara, (Selasa, 16 Juli 2013).
[9] A. Murad Alwi, Wawancara
oleh Muntholib SM, (Minggu, 20 Juni 1982).
[15] Ada juga yang mengatakan
bahwa yang turut dalam penyerbuan ini sebanyak 40 atau 41 orang, namun menurut
cerita dari mulut ke mulut sebanyak 42 orang. Sejarah Perjuangan Tanjung
Jabung, hlm. 3. Ali, Salinan Kembali Catatan, hlm. 1.
[16] DHD Angkatan ’45 Propinsi
Jambi, Perjuangan Kemerdekaan RI, hlm. 166. Yani. AZ, Memeluk Cermin
yang Sesaat, hlm. 21.
[18] Lampu yang menggunakan
kaus sebagai sumbu, dinyalakan dengan batuan nyala spiritus, bahan bakar yang
berupa minyak tanah disemburkan ke sumbu kaus oleh udara yang dipompakan.
[23] Nurpiah, Wawancara, (Minggu,
14 Juni 2013).
[24] Nashruddin, Jambi Dalam Sejarah,
hlm. 516.
[27] Soedarsono, Sejarah Perjuangan
PKRI, hlm. 37-38.
[32] Mukhtar, Wawancara, (Minggu,
14 April 2013).
[33] Mengenai jumlah yang turut dalam
pertempuran ini berbeda-beda pada setiap catatan, ada yang mengatakan 107 orang
dengan menggunakan 12 perahu. Ali, Salinan Kembali Catatan, hlm. 1. Sejarah
Perjuangan Tanjung Jabung, hlm. 4. DHD Angkatan ’45 Propinsi Jambi, Perjuangan
Kemerdekaan RI, hlm. 168-169.
[35] Dalam catatan lain disebutkan
bahwa sebuah kapal mendekati perahu itu dengan melambaikan tangan seolah-olah
memanggil. Tidak diketahui apakah gerakan Pasukan Gabungan ini ada yang
berkhianat dengan melaporkan sebelumnya kepada Belanda atau memang Belanda
mengetahui dan melihat sendiri, karena hari mulai terang menjelang pagi.
[36] A. Murad Alwi, Wawancara
oleh Muntholib SM, (Minggu, 20 Juni 1982). DHD Angkatan ’45 Propinsi Jambi,
Perjuangan Kemerdekaan RI ... [draft], hlm. 227.
[37] Nashruddin, Jambi Dalam
Sejarah, hlm. 516. Ada juga yang mengatakan bahwa ia sambil beteriak di
haluan (di bagian terdepan) sampan kemudian timbul cahaya putih dan menghilang.
Ada juga yang mengatakan bahwa ia naik ke kapal Belanda, ia ditembak, namun
masih dapat 3 kali timbul setelah itu langsung hilang tenggelam. Nurpiah, Wawancara,
(Minggu, 14 Juni 2013).
[38] Di sini ada 2 (dua) hal yang masih
menjadi pertanyaan besar bagi generasi selanjutnya, apakah ia meninggal
kemudian jasadnya dibawa oleh Belanda, ataukah ia meninggal kemudian jasadnya
tenggelam atau hanyut di laut. Dua pertanyaan yang hingga kini belum/tidak
dapat ketahui jawabannya.
[41] Saleh tinggal di Olak Kemang
Seberang Kota jambi. Sedangkan Abangnya bernama Idris tewas pada saat itu.
Saleh dapat melarikan diri ke tepi pantai sungai Tungkal.
[42] A. Murad Alwi, Wawancara
oleh Muntholib SM, (Minggu, 20 Juni 1982). DHD Angkatan ’45 Propinsi Jambi,
Perjuangan Kemerdekaan RI ... [draft], hlm. 227. Menurut cerita yang penulis dengar bahwa ada
di antara mereka yang potel (putus) kepalanya, badannya hancur berkeping-keping
terkena meriam dan mortir yang ditembakan tentara Belanda tersebut.
[45] Mengenai jumlah yang gugur
ketika pertempuran ini berbeda-beda pada setiap catatan, ada yang mengatakan
20, 25, 30 dan 37. Ali, Salinan Kembali Catatan, hlm. 1.
[49] Sejenis tumbuh-tumbuhan yang
oleh masyarakat Kuala Tungkal disebut juga dengan sampah-sampah laut atau
sungai.
AGEN BANDARQ, AGEN DOMINO, BANDARQ TERPERCAYA, DOMINO ONLINE, BANDAR POKER, ADUQ, CAPSA SUSUN
ReplyDelete**----------------------------**-----------------------------**
Agent Judi Online TERPERCAYA di Indonesia
Hanya dengan 1 User ID bisa bermain 7 GAME :
ADU Q
BANDAR Q
DOMINO QQ
POKER
CAPSASUSUN
BANDAR POKER
SAKONG ONLINE ( NEW )
---------------------------------------------------------------**
Kami juga menyediakan Bonus-Bonus Untuk Anda Semua :
* BONUS ROLLINGAN 0,3% (Dibagikan setiap 5 hari sekali)
* BONUS REFFERAL 15% ( Seumur Hidup )
------------------------------------------------------------------**
Permainan di Rajabandarq murni 100% PLAYER vs PLAYER tanpa BOT (ROBOT)
Kami berkerjasama dengan 6 bank lokal yang siap melayani anda
- BCA
- BNI
- BRI
- MANDIRI
- DANAMON
- CIMB
Dapatkan jutaan rupiah setiap hari nya hanya ada di sini ayuk buktikan dan segera daftarkan diri anda
=================================================================================
binggung mau lihat film dewasa dimana silakan kunjungi situs kami dan klik di bawah ini
FILM DEWASA